Beberapa tahun silam,, Saat itu, saya mengajar di TK. Tiba-tiba terdengar tangisan seorang adik. Ternyata ada seorang adik yang terjatuh dan dibawa oleh salah satu Kakak ke UKS. adik ini mengalami luka di kepala bagian belakang. Menangis dan menangis meminta agar tidak dibawa ke Rumah Sakit. (Aku ga mau di jahittt…..) Dengan segera adik ini dibawa ke RS terdekat dari sekolah menggunakan mobil. (Di dalam mobil saya berusaha bertanya tentang kejadian dan bercerita (mengalihkan) agar adik tak merasakan rasa sakitnya dan menangis). Sampai di RS, langsung menuju UGD dan segera ditangani suster dan dokter. Di UGD saya memegangi anak tersebut dan menenagkanya untuk tetap tenang. Anak ini terus menangis, namun saya berusaha mengajak ngobrol agar ia tidak ingat dengan rasa sakit yg dialaminya ketika dibersihkan lukanya. Setelah di periksa ternyata anak ini mengalami robek selebar kurang lebih 2 cm dan diharuskan untuk dijahit sekitar 4 jahitan. ( Jantung merasa berdebar, dek-dekan saat memegangi anak tersebut, apalagi memegangi bagian kepala yang akan dijahit. Mata saya harus menatap bagian kepala yang robek. Saya sendiri sebenarnya takut dengan jarum suntik, gunting dan peralatan dokter lainya). Saya harus bisa dan kuat saat memegangi adik tersebut dan menahan rasa takut saya untuk tetap tegar dan kuat. Alhamdulilah, beberapa saat kemudian selesai juga tindakan yang dilakukan perawat dan dokter di UGD. Akhirnya dengan segala proses adik ini di perbolehkan pulang dan dijemput orangtuanya yang sudah menunggu saat tindakan dilakukan.
Setelah kejadian itu, perlahan saya sudah tidak takut lagi dengan hal-hal yang berhungan dengan alat dokter. Dan beberapa kali di hadapkan dengan kejadian- jadian dengan RS. Baik dengan mengantar adik yang terluka karena jatuh, sakit atau dengan Kakak yang sakit.
Sampai saat ini adik itu sudah duduk di kelas 4, dan sesekali jika ada kesempatan ngobrol saya sedikit memberi klu tentang kejadian itu, adik itu pun dengan sepontan “Itu Aku Kak” lalu ia tertawa dan berkata, kerumah sakit sama kak Ami, terus di jahit kepalanya.
Pengalaman tak kan ku lupa.