Secarik kertas ini berisikan kisah pengalaman Saya terhadap Anak Murid di Sekolah, sebenarnya berbagai kisah menarik telah Saya rasakan sebagai seorang guru. Kisah kasih yang menarik itulah yang membuat Saya jatuh cinta terhadap profesi “Guru”. Tidaklah mudah menjadi seorang guru. Guru yang dikasihi dan dicintai oleh Anak-anak. Sekolah yang sekarang kupijaki ini adalah sebuah sekolah inklusi. Tidak lain murid-murid diantaranya merupakan Anak Berkebutuhan Khusus “ABK”. Sebenarnya mengahadapi anak yang spesial bukan pertama kali di sekolah ini. Karena di sekolah sebelumnya dan beberapa sekolah yang Saya jumpai ketika kuliah, Saya juga menjumpai ABK. Waktu pertama kali berjumpa dengan anak special Saya sempat takjub, karena anak spesial tersebut memegang jilbab hitam Saya dan memegang dengan erat serta tangan yang satunya digoyang putar mencari cahaya. Pernah dijumpai ABK pada level atas yang sedang mengalami masa puber dan membutuhkan waktu di dalam kamar mandi, ada yang berlari tak kunjung henti.
Namun Saya menjumpai hal yang paling menarik yaitu ketika Saya dipercayai sebagai guru kelas dan terjun langsung untuk memberikan stimulasi kepada anak spesial. Anak yang membuat Saya jatuh hati ini adalah anak berkebutuhan dalam kategori speak delay. Saya belum terlalu mendalami tentang speak delay. Waktu Saya berjabat tangan dengannya Dia menjawab sapaan salam Saya dengan cepat dan belum terlalu nyaman untuk menjupai orang yang baru dikenalnya. Saya pikir sebelum tahu dari Kakak lain Dia speak delay, Dia anak orang korea dikarenakan wajah juga.. hehehe
Althaf namanya, Althaf di sekolah mengulang di kelas Langit dan pembagian kelas menjadi Anak didik Saya. Berbagai share-ing dengan Kakak lain dan memebrikan perhatian kepada dirinya serta memberikan stimulus yang sesuai tahapan perkembangannya semakin lama Althaf menjadi berkembang. Semua berkat interaksi yang hangat kepada orang tua, saran dari Kakak-kakak, komunikasi yang terus dilakukan membuat Althaf berkembang di bahasanya. Berbicara sudah terdengar jelas, ketika bersalaman dengan menatap mata Kakak, hingga lebih mudah berinteraksi/berteman dengan Orang yang baru dikenalnya tentunya masih butuh proses beberapa hari namun setelah diberikan motivasi dari Kakak akhirnya Althaf mau berteman dengan mudah.
Hubungan yang dekat dengan Althaf terbilang memang sangat dekat. Ibu juga selalu menginformasikan ke skolah apabila terjadi sesuatu dengan Althaf. Hingga tahun ajaran pertemuan laporan perkembangan Ibu dan Bapak berterima kasih kepada Saya dan Kak Rifda atas perkembangan Althaf. Hingga sekarang Althaf selalu memanggil Saya dan masih menyebut nama Saya ketika melanjutkan ke Antariksa.
Pengalaman yang paling berharga buat Saya. Bahagia itu ketika kehadiran diri dibutuhkan oleh orang lain. Melihat senyuman bahagia dari wajah anak adalah kebahagiaan yang tak ternilai harganya.
_Kak Irma Septiawanti_