Usia 4 dan 5 tahun saya senang sekali bermain bersama teman-teman. Hampir setiap hari di siang hari sepulang sekolah saya bermain, teman saya tidak banyak hanya satu yaitu Fanny tetangga sebelah rumah.
Saya dan Fanny biasanya berbicara merencanakan permainan apa yang akan kita mainkan. Saya ingat sering kali tidak sepakat dengan Fanny. Ia ingin bermain boneka dan saya ingin main lari-larian. Biasanya Saya dan Fanny akan berbagi waktu, main bonek dulu lalu main kejar-kejaran.
Saya ketika main bonek saya selalu bermain peran. Boneka Fanny sebagai Mama dan Boneka saya sebagai anaknya. Saat bermain lari-larian bisanya saya berteriak “Ayo kejar-Ayo Kejar” sambil berlari di halaman.
Memasuki jenjang SD, Saya dan Fanny berbeda SD. Ia pindah rumah dan saya pun pindah rumah. Saya mendapat teman-teman baru dan permainan baru. Saat di SD saya sudah punya teman-teman yang berkelompok. Kelompok-kelompok itu terjadi dengan persaingan peringkat di kelas.
Pembicaraan detailnya saya tidak begitu ingat, tapi sering kali sehabis ulangan dibagikan teman-teman dan saya selalu membahas nilai yang didapat. Pembahasan membicarakan mana jawaban yang benar dan siapa yang bisa mengajarkan agar mendapat nilai bagus.
Saya agak judes, saya bilang “Lihat saja jawaban saya, tp untuk jelasin aku gak bisa”. Teman-teman mulai tidak suka dengan saya dan menyebut saya sombong.
Memasuki remaja cara berbicara saya mulai berubah, biasanya saya hanya bicara dengan orang tertentu yang saya anggap nyaman. Saya juga mulai berbicara agak keras diusia remaja, biasanya apabila saya sedang mengepel lantai lalu adik saya dengan segerombol temannya dating tanpa alas kaki. Saya akan marah, dan biasanya adik dan teman-teman saya akan berpindah tempat bermain.
Beranjak dewasa saya mulai memperbaiki cara bicara. Saya mulai kuliah dan banyak belajar presentasi dengan baik. Saya merasa setiap mendapat tugas presentasi kelompok, biasanya kelompok presentasi saya akan sukses karena merencanakan cara presentasi yang tepat sesuai materi.
Memasuki dunia kerja saya mendapati tantangan baru, berelasi dengan patner kerja. Beberapa patner merasa cara bicara tidak menyenangkan, bahkan ada beberapa kakak menangis dengan mengeluhkan cara bicara yang menyakiti hati.
Ditulis oleh : Nurul Laily Al Arsyadhi
Recent Comments