Select Page

Minggu 6 November 2016 Ken (anak saya, 5 tahun), papanya dan saya ke Museum Nasional Jakarta.

Ken senang naik kereta api, tapi kami memilih naik Transjakarta dari Ragunan karena bisa turun di depan museum. Ternyata hari itu ada Car Free Day jadi kami harus bus di Dukuh Atas dan berganti bus. Ken tetap tenang dan mengamati sekalipun bus bergerak lambat dan kami harus berjalan jauh dari satu halte ke halte lain di Dukuh atas.

Naik Trans Jakarta

Naik Trans Jakarta

Begitu tiba di museum, Ken lansung mengamati pesawat di depan museum. Saat Ken melihat-lihat pesawat bersama papanya, saya bergegas ke dalam untuk membeli tiket museum dan menukar tiket dongeng. Tujuan kami bukan ke museum tapi menyaksikan Dongeng Istimewa dalam rangka Festival Dongeng Internasional Indonesia 2016 di Museum Nasional Jakarta.

Kami ke Ruang Harimau, tempat pementasan Dongeng Istimewa berlangsung. Begitu masuk ruangan, Ken menatap panggung dengan latar merah dan gambar harimau.

Ken di Ruang Harimau

Ken di Ruang Harimau

Tepat pukul 10 Seung Ah Kim, pendongeng dari Korea Selatan, memulai dongengnya. Saya memilih pementasan ini karena saya senang menonton Arirang TV Channel yang sarat dengan kultur Korea.

Tapi pilihan saya kurang pas. Dongeng ini bukan untuk anak usia Ken. Seung membawakan dua cerita romantis, yang indah dan lembut (kata saya). Suaranya lembut namun bisa berubah-ubah intonasi. Mimik wajahnya bisa menyesuaikan alur atau tokoh yang diceritakannya. Gerak tubuhnya menghidupkan setiap kalimat yang ia ceritakan.

 

Seung Ah Kim Pendongeng dari Korea Selatan

Seung Ah Kim Pendongeng dari Korea Selatan

Ada bagian kekerasan saat tokoh utama (perempuan) dipukuli. Untunglah Ken tidak paham, karena Seung berbicara dalam bahasa Inggris.

Sepanjang pertunjukan Ken tiduran saja di pangkuan saya, dan baru duduk waktu panita memberikan kue.

Menonton Dongeng

Menonton Dongeng

Komentar Ken tentang pengalaman itu, “Tadi Ken foto ya.” Ya, usai pementasan, kami berfoto bersama Seung Ah Kim. Saat Seung membungkukkan tubuhnya kepada kami, dan mengucapkan “Terimakasih,” Ken tersenyum.

Sekalipun salah pilih pertunjukan, saya pikir banyak hal baru diserap Ken. Kami pulang naik kendaraan favorit Ken: kereta api.

Hari yang tidak sempurna tapi indah karena kami menghabiskan bertiga.