Kotak Kecil Tomo

Pagi itu, Tomo mengampiri saya, ia mengatakan kesal dengan salah satu temannya dan tidak ingin masuk ke kelas dan langsung masuk ke toilet. Ini bukan pertama kalinya Tomo menyendiri masuk ke toilet.

Saya yakin Tomo butuh perhatian dan sentuhan dari kakak, saya memaggilnya “Tomo…” ia hanya terdiam. Saya membungkuk mencari celah kecil agar saya bisa melihat posisi dan keadaan Tomo di dalam. Dia duduk menyendar ke dinding sambil mendekapkan kedua tangganya dan wajah tertunduk.

Saya bilang, “Kakak tunggu Tomo di sini ya…” ia masih terdiam. Ada sebuah kotak kecil di bawah pintu toilet yang sepertinya bisa dibuka. Saya buka kotak kecil itu, wajah Tomo dan Wajah saya  berhadapan melalui celak kotak kecil yang berukuran 30 cm x 20 cm. Tanggan saya pun bisa menggapai tanggan Tomo yang memakai jam tangan G Shock berwarna hitam.

Saya sentuh tanggannya dia terdiam, lalu bola matanya mulai bergerak menatap wajah saya. Ketika Tomo sudah menatap, saya menwarkan kembali, “Tomo masih mau disini?” lanjut saya “Sampai berapa lama?”.

Dia tidak menjawab dengan kata-kata tapi badannya bergerak dan membuka pintu toilet, lalu ia berbisik “Aku mau masuk kelas tapi ditemenin”.

 

Nurul Laily Al Arsyadhi

Pemimpin Ramah Anak

Siapa yang tak kenal dengan sosok laki-laki di foto ini yang sedang memeluk seorang anak. Beliau yang 2 minggu lalu seorang menteri pendidikan, dan mungkin saja foto di atas diambil ketika beliau masih menjadi seorang menteri pendidikan.

IMG_1871

Sosok Pak Anies pada foto tersebut begitu mengayomi seorang anak, ia memeluk anak dengan posisi duduk yang memposisikan dirinya begitu menghargai sang anak dengan posisi sejajar dengan tinggi anak.

Seorang anak laki-laki yang mengenakan seragam pramuka di foto tersebut juga terlihat begitu nyaman memeluk tubuh Pak Anies, dan Pak Anies membalas dengan merangkul sambil tersenyum lebar. Hal itu terjadi karena adanya rasa nyaman dan saling percaya antara Pak Anies dan anak tersebut.

Saya tidak mengetahui apakah seoarang anak tersebut sudah menganal Pak Anies sebelumnya atau itu adalah pertemuan pertama bagi keduanya. Kemungkinan juga anak tersebut tidak begitu mengetahui atribut (jabatan) yang menempel pada Pak Anies. Bagian terpenting bagi anak itu adalah pak Anies memberikan rasa aman, nyaman, dan sentuhan kasih sayang yang ia butuhkan.

Hal yang dapat kita pelajari dari sosok Pak Anies adalah bagaimana sentuhan, keramahan, dan kasih sayangnya bisa menyentuh kepada setiap anak.

Ayah Tetum Bunaya

Mengapa Ayah Tetum Bunaya? Di Sekolah Tetum Bunaya Ayah terlibat dalam pengembangan anak. Mulai dari pertama kali seorang anak mendaftar di Sekolah Tetum Bunaya, Ayah akan ikut mengisi formulir, menghadiri seminar pembukaan, dan terlibat pada kegiatan-kegiatan di sekolah.

Bersama Ayah
Bersama Ayah

 

Foto di atas mengingatkan saya ketika membaca jurnal para Ayah yang ditulis saat mengikuti program penerimaan murid baru. Para Ayah banyak sekali terlibat dalam tahap perkembangan anak. Mereka ada yang bermain sepeda bersama, berjalan-jalan di kampus Universitas Indonesia, mencuci mobil, dan membacakan cerita sebelum tidur.

Setelah seorang anak diterima di Sekolah Tetum Bunaya, sekolah dan orang tua adalah mitra dalam pengembangan anak. Jadi jangan heran kalau pada banyak kesempatan para Ayah Tetum Bunaya selalu hadir pada momen-momen berharga anak.

Sekolah Tetum Bunaya yang meyakini bahwa pentingnya peran orang tua dalam pengembangan anak bukan hanya menjadi tanggung jawab seorang Ibu, bahkan Ayah juga mempunyai peranan yang sangat penting.

Beberapa peranan penting seorang Ayah dalam tahap perkembangan anak:

Menghargai Waktu

Jika Ayah identik dengan kesibukan pekerjaan dan hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk anak, sebenarnya itu merupakan pelajaran menghargai waktu. Ayah yang tetap mejalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga, bekerja dari pagi hingga larut malam bisa dijadikan contoh kegigihan, tanggung jawab. Di tengah-tengah kesibukan sebagai kepala rumah tangga, seorang Ayah yang selalu hadir pada saat momen terpenting anak, akan mengajarkan seorang anak menghargai waktu.

Di Sekolah Tetum Bunaya Ayah dilibatkan hadir saat pembahasan laporan perkembangan, ulang tahun, kegiatan khusus di kelas, dan semua acara yang melibatkan orang tua murid. Suatu saat ketika seorang anak tumbuh dewasa ia akan mengingat semua momen berharganya dan Ayah selalu ada.

Mengajarkan Cinta dan Kasih Sayang

Pada foto diatas seorang Ayah menggendong anak perempuannya, dan sang anak terlihat begitu bahagia. Salah satu peran penting Ayah lainnya adalah mengajarkan kasih sayang. Untuk anak perempuan mempelajari kasih sayang dari seorang ayah biasanya akan menjadi modal dalam hal asmara ketika mereka remaja , dewasa dan akan memilih pendamping hidup.

Hal ini dikarenakan seorang anak perempuan akan menggunakan sosok Ayahnya sebagai tolak ukur untuk melihat kualitas dari seorang pria. Apakah ia bisa diandalkan seperti Ayahnya? Apakah ia bisa jujur dan memberikan kasih sayang seperti Ayahnya? Apakah pria tersebut bisa menghargai seorang wanita layaknya yang dilakukan oleh Ayahnya?

“Mama Jangan Kerja Dulu Ya…”

Hari ini hari pertama Marsha sekolah, hari yang ditunggu-tunggu oleh Marsha. Mama berjanji kepada Marsha akan mengatar Marsha ke Sekolah Barunya yaitu Sekolah Dasar Tetum Bunaya. Marsha ingin sekali Mama menunggu Marsha di sekolah seperti beberapa teman-teman lain yang ditunggu dan dijemput Mama ketika pulang.

Mama mengatar Marsha ke Sekolah
Mama mengatar Marsha ke Sekolah

Marsha : Mama jangan kerja dulu ya…. tungguin Marsha sampai pukul 11.30

Mama   : Marsha sayang… Mama percaya Marsha akan menikmati hari pertama sekolah. Kakak-Kakak sudah menunggu Marsha lho!

Marsha : Tapi, Marsha mau dijemput Mama. Ucap Marsha memohon kepada Mama.

Mama   : Lain waktu Mama akan mengatur pekerjaan agar bisa menjemput Marsha, atau ketika ada acara di sekolah Mama akan sempatkan ke sekolah Marsha. Untuk hari ini Marsha pulang dengan mobil jemputan dulu ya… Muaah…

Marsha : Iya Ma…

Mama yang berstatus sebagai Ibu bekerja berusaha meyakinkan anaknya Marsha yang berusia 6 tahun agar bisa mandiri dan dapat menjalani hari-hari di sekolah tanpa ditemani Mama dan pulang dengan jemputan sekolah.

Sebagai Ibu bekerja tentunya akan ada perasaan sedih ketika anak merengek meminta ditemani atau dijemput dan ia harus tetap bekerja. Tapi Mama menguatkan Marsha bahwa ada tanggung jawab lain yang dijalani. Selain itu Mama juga mengajarkan Marsha berbagi hal penting, kasih sayang, dan memberi pada  orang banyak.

Mama juga tetap meyakini Marsha akan tetap tumbuh berkembang dengan baik sesuai tahap perkembangannya. Salah satu keyakinan Mama, bahwa Marsha akan berkembang dengan baik adalah karena Marsha dan Mama memilih Sekolah Tetum Bunaya sebagai mitra dalam pengembangan anak.

 

Nurul Laily Al Arsyadhi