Pengalaman yang paling berkesan dengan anak (citra)

Pertama kali mengajar dan masuk kelas menghadapi banyak anak dan berbagai karakter, yang membuat rasanya saya ingin mundur dan tidak mau ada di dalam kelas, tetapi saya sadar ini ada tantangan dan garis hidup saya, akhirnya singkat cerita saya pun mulai mencari bagaimana menangani anak atau murid.
Lalu di pengalaman saya, saya mengajar seorang anak yang tidak bisa membaca sama sekali, dengan karakter yang sulit sekali untuk di atur,di awal bertemu saya tidak langsung mengajari membaca dan menulis,tetapi saya masuk dulu ke dalam dunianya saya adakan pendekatan dan mengambil hati si anak tersebut, kami saling bertukar cerita dan entah mungkin dia merasa nyaman dan akhirnya barulah saya memulai untuk mengajarkan membaca dan menulis, dan dengan cara begitu si anak tersebut akhirnya mulai berubah dan mulai bisa mendengarkan instruksi saya dan yang lainnya sekarang anak itu sudah duduk di kelas 4 dengan prestasi yang cukup memuaskan, dan itu pengalaman yang membuat saya ingin terus ada di dunia pendidikan.

Anak Istimewa

Waktu itu hari jumat kegiatan Pramuka, kegiatannya menelusuri sungai yang ada dilingkungan sekolah, semua adik-adik berjalan menelusuri sungai didampingi kakak-kakaknya, ketika kegiatan selesai dan kami ingin kembali kesekolah, ditengah perjalanan Ata tidak mau lewat jalan yang sebelumnya, Ata ingin jalan masuk kekomplek, saya dan kak Wiwik berusaha merayunya namun Ata tidak mau juga, akhirnya kak Wiwik menelpon Pak Hendrik untuk menjemput Ata, saya menunggu Pak hendrik bersama Ata di jalan, datanglah Pak hendrik dengan motor kesayangannya. Ata dan saya segera naik motor, kami melewati jalan yang diinginkan Ata dan Ata kembali tenang menikmati perjalanan kesekolah, sampai disekolah Ata mengucapkan terima kasih kepada Pak Hendrik.

Kak. Adnan

ANAK LUAR BIASA

 

Pengalaman yang berkesan buat saya teringat saat masih mengajar di Yogyakarta, pada tahun pertama mengajar saya menemukan tantangan yang sangat besar karena kebetulan saya mengajar di sebuah SMA swasta yang cukup kecil di situ hanya ada 6 kelas dari kelas X sampai kelas XII, sekolah itu disebut sekolahan terminal karena letaknya berdekatan dengan terminal, dan anak anak yang bersekolah di SMA swasta tersebut adalah anak yang luar biasa semua,

Saya saat itu masuk untuk mengajar di kelsa XI IPS saya pun terkejut dengan suasana kelas yang sangat ramai sampai saya bicara di depan kelas pun di abaikan, ada satu anak sebut saja Mr x,  anak tersebut  sangat susah untuk di kendalikan dikelas, saya pun mencba menerapkan system mengajar yang sangat keras, displin dll tetapi yang saya dapat anak tersebut malah tambah tidak bisa dikendalikan, saya pun berpikir bagaimana cara melunakan anak tersebut agar bisa berubah menjadi yang lebih baik dan akhirnya saya mencoba dengan pendekatan personal, gaya mengajar yang lembut dan memposisikan saya sebagai teman bukan guru nya tetapi untuk soal displin tetap di tegakkan, saya setiap hari mencoba mencari kesukaannya. Pada suatu saat saya menggetahui kesukaannya yaitu bermain sepak bola, saya pun beinisiatif untuk mengajukan ke kepala sekolah untuk mengadakan ekstra futsal, ternyata benar anak tersebut ikut dalam kegiatan futsal,di situlah saya mulai dekat dengan anak tersebut mulai paham permasalahan anak tersebut.

Pada suatu saat ada turnamen futsal saya pun menunjuk anak tersebut sebagai kapten tim ternyata dari situ anak mulai ada respek ke saya dan akhirny saya bisa masuk untuk mengetahui semua tentang anak tersebut, saat itu anak tersebut sudah naik kelas XII IPS, saya terus menjadikan kapten tim futsal dan saya kasih kepercayaan yang lebih saat pelajaran olahraga.Lama kelamaan anak tersebut mulai berubah total jadi anak yang lebih baik, tidak pernah bolos, berkelahi, bicara di kelas. Sampai saatnya ujian nasional semua tidak akan menyangka bahwa anak tersebut akan meraih nilai tertinggi di sekolah dengan nili rata rata yang sangat memuaskan, samapai sekarang pun masih sering main kerumah saat saya pulang kampung bahkan saat saya membutukkan bantuan nya dengan senang hati membantu walaupun anak tersebut baru ada acara sendiri. Itulah pengalaman saya bisa mengubah anak yang luar biasa bandel menjadi anak yang lebih baik.

Dari situ saya menyimpulkan bahwa anak anak seperti itu harus kita perhatikan dengan tulus, penuh kasih sayang dan di beri kepercayaan karena anak anak tersebut hanya kurang kasih sayang dari orang tuany. Sebagai seorang guru bisa melihat anak didik nya berubah menjadi lebih baik itu sudah sangat senang dan bahagia.

Bocah itu bernama… “Ayyibu”

“Ya Allah… anaknya begini??” desahku sambil mengambil napas yang dalam. “Semoga Aku bisa…..”. Itulah hal pertama yang terlintas di benakku saat melihat sosok bocah berkulit sawo matang itu.

Awalnya, semua serba instruksi dan tanpa respon. Apabila saya diamkan, Muhammad Alif Abiyyu nama lengkap bocah itu akan diam pula tanpa melakukan apapun. Setiap berkegiatan Ia selalu berada di dekat saya. Saat saya bertanya kepadanya, jangankan mendapatkan jawaban, tatapan mata pun tak terbalaskan. Kerap kali Ia mengulangi pertanyaan yang saya ajukan dengan fasehnya. Abiyyu juga pecinta warna ungu.

Belum lagi tiap kali Ia mengompol di dalam kelas bahkan pup. Tiap kali pula harus mengulangi toilet training untuk Abiyyu. Akhirnya Abiyyu dapat pergi ke kamar mandi walalupun tetap mengompol di depan pintu kamar mandi. “Its ok… selangkah lebih maju”.

The journey with Abiyyu masih terus berlanjut. Beberapa kali saya bertemu dengan orang tua murid karena anak mereka dipukul Abiyyu. Abiyyu ingin berteman. Tapi apalah daya maksud hati ingin memegang jadinya mendorong. Ia juga meniru teman-temannya main “ciat-ciatan” malah jadinya memukul.

Ya itulah Abiyyu. Ia juga tidak mengharapkan kondisinya seperti itu. Saat bayi Ia terjatuh dari tempat tidur dan harus dioperasi otak bagian belakang ketika usianya 6 bulan. Apabila saya berada di posisi Bundanya, apakah saya akan sekuat itu?

Sekarang Abiyyu terus menunjukkan perkembangannya sedikit demi sedikit. Ia menjawab saat saya bertanya. Ia melakukan instruksi yang saya berikan. Pilihan warnanya telah banyak walalupun masih ada warna ungunya. Sempat menangis saat Ia menyebutkan nama saya untuk pertama kalinya. Perjuangan itu terus berlanjut.

“Assalamualaikum Ayyibu……”sapaku. “Bukan Ayyibu tapi Abiyyu..”balasnya dengan logatnya yang kental. (Ya sayang Kakak tahu itu..)

Dian Yulianti

Bersamamu Aku Belajar…..

Pengalaman yang paling berkesan saat  saya bersama salah satu Anak ,  sebut saja “A”. Tahun 2012 adalah tahun pertama saya masuk sekolah Tetum sebagai   asisten guru,  waktu itu yang saya rasakan adalah bingung, banyak pertanyaan di dalam hati saya,  saya harus bagaimana, bagaimana mengatasinya,  ini  anak kenapa? dll, anak ini berbeda dengan teman-teman di kelasnya, sering berteriak memukul kepalanya sendiri  atau memukul  radio yang ada di kelas  saat menolak untuk melakukan kegiatan yang tidak sesuai keinginannya, berlari keluar kelas menuju amphi teater meskipun disana hanya bulak balik berlari saja, sampai saya hampiri dan menyampaikan  untuk kembali ke kelas, namun berteriak dan dia bilang tidak mau,  “A”  sering mengucapkan kata-kata yang diulang saat saya mengantarnya ke kamar mandi,”Superindo, Carefour”  ataupun saat  sebelum kegiatan absen.   Saat absen  di lingkaran kakak  merubah menyebutkan  tidak sesuai urutan A marah dan memukul-mukul kepalanya, saat itu saya belajar dengan mengamati kakak yang menangani, karena saya belum tau bagaimana dan apa yang harus saya lakukan…….

Kenangan ini takkan terlupakan seumur hidup saya,  kini berkat “A” saya berkeinginan untuk belajar mengenal anak lebih dalam, Terimakasih  “A”

Kak Gina

Kesan

Pengalaman Paling Berkesan Bersama Anak

Selama kurang lebih 2 bulan saya berkesempatan untuk mendapingi adik-adik kelas Venus saat beaktivitas di pagi hari.

Saya terkesan dengan kemandirian dan ketertiban adik-adik kelas venus, mereka begitu ceria dan menikmati suasana di kelas.

Semoga adik-adik kelas Venus dikelas berikutnya lebih berkembang lagi.

 

Tisna

Pengalaman yang paling berkesan dengan anak :

Di tahun kedua  saya mengajar di kelas langit, saya cukup dekat dengan adik-adik, saat kenaikan kelas ada 2 Adik yang menangis sersedu-sedu.

Saya bingung saat itu kenapa pada nangis ya..? dan orangtua juga bingung melihat nya, katanya ada apa kok pada nangis? kemudian jawab mereka” tidak mau naik ke kelas Antariksa, kak Aas jahat, maunya di  Langit aja

saya tanya kenapa Kak Aas jahat? kan Adik-adik sudah tambah besar, tambah pinter jadi harus naik ke kelas yang lebih tinggi yaitu kelas Antariksa. Mereka jawab nggak mau, maunya sama kak Aas lagi di kelas Langit. Dan mereka bilang kak Aas juga harus naik ke kelas Antariksa jadi sama -sama lagi.

Saya terenyuh mendengarnya, saya peluk mereka dan saya bilang Kak Aas tetap di langit ya kalau kak Aas ikut naik nanti Adik kelas Langit siapa yang mengajar, di kelas Antariksa kan sudah ada 2 Kakak yang menunggu, mereka juga baik sama seperti kak Aas.

Nanti juga masih ketemu kok sama kak Aas saat kalian  bermain, karena kalian sudah besar dan semakin pintar makanya kalian harus naik kelas Anatriksa.

Alhamdulillah dari saat itu mereka cukup memahami dan terlihat enjoy di kelas yang baru. Sekarang mereka sudah di kelas Bumi dan bila bertemu saya, mereka langsung memanggil, member salam dan memeluk saya, sungguh terharu rasanya dan sulit  untuk di lupakan.

Demikian pengalaman saya yang paling berkesan  bersama Adik-adik

salam, kak Aas

 

Hadiah ulang tahunku

Pengalaman yang paling berkesan bersama anak

Saat saya menjadi KPK di kelas Merkurius Jingga, saya bersama adik-adik memasang tanggal ulang tahun di Birthday Chart , sehingga semua adik mengetahui tanggal ulang tahun saya. Tibalah pada bulan Desember, di suatu pagi saat saya baru tiba di sekolah seorang adik mengahampiri dan memberikan hadiah ulang tahun. Saya merasa surprise dan sedikit berkaca-kaca, hadiah tersebut tidak ternilai harganya, Ia membuat ucapan selamat ulang tahun dengan alas kardus bekas dan  tulisan dari huruf-huruf yang Ia potong dari majalah dan menjadi susunan kalimat..

Selamat ulang tahun Kak Nita…

Hati saya sangat tersentuh, betapa adik tersebut sangat menyayangi saya dengan tulus…

Terima kasih sayang…

Akhlisi Niata

Foto pertama menggambarkan ketulusan cinta kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Perhatiannya selalu dicurahkan untuk anaknya, jasa seorang ibu sangatlah berharga bagi seorang anak.

Foto kedua menggambarkan sosok seorang ayah yang bertanggung jawab. Berjuang dan rela berkorban apapun demi kebahagiaan anaknya .

Foto ketiga menggambarkan sosok seorang pemimpin yang selalu memperhatikan dan peduli terhadap anak-anak sebagai penerus bangsa.

By : Sri Ratna Sugiarti

Pengalaman yang paling berkesan adalah disaat aku menjadi seksi anak di acara motyb. Waktu itu ada seorang anak yang belum bisa lepas dari ayahnya. Ia digendong sambil memeluk ayahnya. Waktu itu aku mencoba untuk mendekatinya, namun anak itu terlihat belum nyaman. Akhirnya aku mengajak ayah dan anaknya untuk melihat mainan yang ada didalam kelas. Aku menawarkan permainan pada anak itu, ia hanya terdiam dan tetap memeluk ayahnya. Saat aku ajak mereka untuk melihat ikan dan kura – kura mulailah anak itu mau lepas dari pelukan ayahnya dan mau turun. Aku mencoba untuk mengajaknya bermain diluar, anak itu menolaknya dan memegang tangan ayahnya dengan erat. Akhirnya aku mengajak bersama ayahnya untuk melihat permainan yang ada diluar.  Aku tawarkan untuk bermain perosotan, bermain tangga pelangi, bermain tangga titian, anak itu hanya menggelengkan kepalanya. Disitulah aku berfikir kira – kira ajak main apa ya?  Saat itu aku melihat bola kecil, lalu aku ambil dan memperlihatkan bola pada anak itu, dan bertanya: ” Ade mau main bola? ” dengan refleknya anak itu melepas tangan ayahnya dan mengambil bola tersebut. Akhirnya ia main bola – bola kecil itu. Dengan asyiknya anak itu memindahkan bola dari keranjang satu ke keranjang lainnya.  Ayahnya berpamitan dan anak itu terlihat senang memainkan bola itu. Disitulah aku merasa senang melihat keceriaan anak itu saat bermain bola keranjang, yang membuat aku terkejut ia  cukup senang saat diajak berinteraksi.

Sri ratna sugiarti